Laman

Rabu, 17 Februari 2016

Pesona Magetan: Dari Mantenan Hingga Nasi Pecel Jawa Timur


November 2015 lalu, aku diajak menghadiri pernikahan saudara di Jawa Timur, tepatnya di Desa Mrahu, Kabupaten Magetan. Aku excited banget dong, selain karena bisa melintasi hampir seluruh pulau Jawa, sekalian bisa melihat langsung budaya dan adat istiadat Wong Jowo.
Dengan segala persiapan, kita menuju Magetan via darat alias nyetir dari Bandung-Magetan. Jaraknya mungkin 540 km, kira-kira 15-17 jam waktu perjalanan. Melewati beberapa kabupaten dan provinsi. Mulai dari Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Cilacap-Tegal-Purwokerto-Semarang-Yogyakarta-Solo-Ngawi-Magetan (begitu lah kira-kita, karena perjalanannya malam jadi ga keliatan dan ga bisa sepenuhnya melihat keindahan daerah masing-masing).

Pelan tapi pasti mobil kita melewati jalan yang dikelilingi pohon jati, persawahan dan perkebunan. Magetan termasuk wilayah yang subur dalam sektor pertanian. Kita nyampe Magetan itu sekitar pukul 05.00 WIB dan itu suasananya udah terang banget alias matahari udah terbit (jam 05.00 WIB di Magetan, mungkin kayak jam 06.30 di Aceh). Walau masih pagi tapi udaranya udah panas banget. FYI, Katanya ada gunung berapi yang masih aktif di daerah Magetan dan Ngawi, jadi ga salah kalau jam 06.00 kita udah ngipas2 dan nyari kipas angin...(asli bro panas banget)


Pagi H-1 Acara
Kedatangan kita tepat H-1 acara dan disambut gembira oleh sanak saudara, ya karena kita tamu jauh dan memang sengaja pulang untuk perhelatan akbar ini. (Emang kita siapa aja sih?? Oh ya...lupa!, kita berangkat dari Bandung itu berlima; ada Om Agus, Pocut-alias tanteku, Dek Zhikran-Dek Feyza dan Aku). Kita disuguhi teh anget dan sarapan nasi Rawon. Nasi Rawon ini jadi salah satu makanan tradisional masyarakat Jawa, perpaduan daging sapi dan kuahnya itu bikin nambah lagi..nambah lagi.
Sebenarnya kebiasan makan pagi itu disuguhi nasi pecel, tapi karena dirumah lagi ada makanan semewah Nasi Rawon. Jadilah makan nasi pecel dipending dulu. (Akankah Si Nurul bisa makan nasi pecel??? Jeng jeng jeng...Makanya baca sampai akhir..hihiihihi)

Suasana dirumah lagi sibuk banget, baik persiapan masakan dan properti acara. Nah, biasanya H-1 saudara, tetangga dan warga sekitar datang untuk membawakan sembako (beras-gula-minyak goreng-mie-telor dll) sebagai bentuk gotong royong membantu tuan rumah mempersiapkan pernikahan. Menarik banget, karena warga saling membantu dalam hal sembako. (Jadi ya tuan rumah ga usah beli lagi, udah banyak banget di rumah). Setiap yang datang itu dicatat nama dan barang apa saja yang dibawanya (Ini juga tergantung sesering apa kita memberikan kepada orang lain).



Sembako yang dibawa ibu-ibu setempat

Adat Nikahan Jawa tidak lengkap jika tidak dilengkapi panggung untuk kesenian Gamelan. Nah, Panggungnya sudah siap aja di depan rumah (Mumpung belom ada orang, mari eksis sebentar di panggung. Ladies and gentlemen please welcome Nu..rul Hikmaaaahhhhhhhh......hahahahahaha)

 
Lagi nyobain bawa lagu Bungong Jeumpa..hehehehehehe


Malam H-1 Acara

Sehari sebelum upacara perkawinan, rumah orang tua mempelai wanita dipasangi tarub dan bleketepe dipintu masuk halaman depan. Dibuat seperti gapura yang dihiasi tarub; terdiri dari berbagai tumbuhan ,yaitu tanaman dan dedaunan yang punya arti simbolis. Di kiri kanan gapura dipasang pohon pisang yang sedang berbuah dan matang (Filosofinya Suami akan menjadi kepala keluarga ditengah kehidupan bermasyarakat. Seperti pohon pisang  yang bisa tumbuh baik dimanapun dan rukun dengan lingkungan). Sepasang tebu wulung, pohon tebu yang berwarna kemerahan (merupakan simbol mantapnya kalbu, pasangan baru ini akan membina  dengan sepenuh hati keluarga mereka). Anyaman daun kelapa yang dinamakan bekletepe digantungkan digapura depan rumah, ini dimaksudkan untuk mengusir segala  gangguan dan roh jahat dan sekaligus menjadi pertanda bahwa dirumah ini sedang dilakukan upacara perkawinan.

Setelah persiapan properti dan makanan, malamnya diadakan pengajian yang dihadari oleh ustad dan bapak-bapak warga setempat. Pengajian ini sebagai bentuk syukur dan permohonan doa agar acara berjalan dengan lancar dan berkah. Pengajiannya sama seperti biasanya, yang beda adalah lagamnya (iramanya). Pengajian dan shalawat menggunakan lagam Jawa. Sebagai pendatang, mungkin ini sesuatu yang baru. (Ketawa-ketawa sendiri sih pas dengerinnya, bukan ga respect tapi its something new for me..hehehheeh). Setelah pengajian, para tamu undangan dihindangkan makanan yang udah dipersiapkan dari tadi, nah dalam hal hidangan kali ini adatnya hampir sama kayak adat orang Gayo di Aceh. Yaitu nasi berserta lauknya sudah disiapkan langsung dalam piring (Jadi ya tinggal makan aja, ga pake idang atau tapeusi segala hehe).

 Hidangan Siap dihidangkan

Setelah makan, para tamu juga diberikan bekal- nasi berkat namanya, yaitu bekal makanan yang berisi nasi, lauk, ikan, telor dan kerupuk untuk dibawa pulang ke rumah. Kali ini, sebagai tamu aku juga dapat loh nasi berkat  ini. Asiiikkkk,....semoga berkah dan dapat jodoh #eh

Isi Nasi Berkat

Hari Pernikahan.


Hari yang dinanti telah tiba. Semua persiapan telah matang. Semua orang bersuka cita dan siap dengan dandanan dan pakaian terbaiknya. Mempelai Pria diiringi keluarga memasuki kediaman. Kedua orang tua pengantin putri menjemput kedua orang tua pengantin pria didepan rumah dan mempersilahkan  mereka masuk rumah, selanjutnya mereka berjalan bersama menuju pelaminan. Kedua orang tua pengantin pria didudukkan sebelah kiri pengantin, orang tua pengantin putri duduk disebelah kanan penganten.
Bersama-sama melangkah

Setelah itu, Sepasang pengantin melakukan sungkeman kepada kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin wanita kemudian kepada orang tua pengantin pria. Sungkem adalah merupakan bentuk penghormatan tulus kepada orang tua. Seperti biasa, acara sungkeman penuh haru biru dan tangisan air mata (tissue mana tissue..)

Dengan disaksikan orang tua pengantin putri dan kerabat dekat, sepasang pengantin makan bersama, saling menyuapi. Suami menyuapi istrinya, sesudah itu sang istri menyuapi suaminya, diakhiri dengan minum teh manis bersama. Ini melambangkan bahwa mulai saat ini keduanya akan mempergunakan dan menikmati bersama  apa yang mereka punyai.

Sesudah seluruh rangkaian upacara adat selesai, barulah kedua temanten baru, dengan diapit kedua belah pihak orang tua, menerima ucapan selamat dari para tamu dan melakukan prosesi foto dan selfie-selfie.



 Selamat Menempuh Hidup Baru Om Didit dan Tante Tiar

Hal Menarik Di Mantenan Wong Jowo.
1. Sinoman. Sinoman adalah para panitia yang menghandle acara mulai dari penerimaan tamu, konsumsi, peralatan dan cuci piring hingga kebersihan. Tuan tumah hanya duduk saja dan menikmati pesta. Setiap kampung biasanya memiliki sinoman tersendiri yang terdiri dari warga setempat. Menurutku, ini satu hal menarik melihat kekompakan dan gotong royong yang masih kental di daerah gunung lawu Ini. 



2. Makanan yang disedikan, kira-kira ada 3 ronde makan di kawinan orang Jawa. Pertama, para tamu diberikan snackbox ketika tiba di tempat acara. Kedua, makanan inti, yaitu nasi Rawon yang disedikan oleh Sinoman yang bertugas. Ketiga, makanan penutup, yaitu berupa baso asli Jawa Timur dan es buah. Mantap kan??? Perbaikan gizi banget ini...hahahahahha

3. Pakaian Tamu Undangan. Sepanjang hari hanya keserhanaan yang aku lihat. Tidak adanya pakaian mewah atau perhiasan yang mereka gunakan. Hanya baju muslim bagi ibu-ibu, dan baju koko serta peci digunakan bapak-bapak. Simple banget

4. Gamelan. Seni tradisional ini dimainkan oleh orang yang sudah beumur. Meski sudah tua namun kelihaian memainkan Gamelan tak bisa diragukan lagi. Walau dari awal hingga akhir ga ngerti lagu yang dinyanyikan. Yang pasti, Salut sama mbah-mbah ini.

5. Sesi penerimaan tamu. Jika pada umumnya tamu undangan datang sekitar jam 10.00-14.00 WIB, kali ini aku melihat ada 3 season tamu yang datang. Pagi hingga dhuhur tamu yang datang itu warga sekitar. Pukul 15.00 – 18.00 undangan saudara jauh dan masyarakat desa sebelah. Terakhir, habis magrib sampai jam 21,00 itu tamu undangan mulai dari rekan kerja, kenalan dan teman-teman dekat mantenan. Mungkin dibagi kayak gitu, biar ga membludak tamu yang datang secara bersamaan.

Tamu PAgi HAri

Tamu Malam Hari...

Hal, menarik lainnya disana adalah Kulinernya. Mulai dari Nasi Rawon, bakso, bubur sumsum, soto Madiun dan nasi pecelnya. Daerah ini memang identik dengan nasi pecelnya. Akhirnya, menyantap nasi pecel itu sehari setelah acara. Nasi putih yang dipadukan dengan pecel dan tempe, sangat memanjakan lidah dan mengenyangkan. Harganya Cuma 3rebuuu, tiga rebuu doang men! Sangat ekonomis.
 Nasi Pecel yang fenomenal itu....sedapnyaa!

Masih banyak hal lainnya yang unik di Magetan. Kulinernya, budayanya dan bahasanya. Ada beberapa vocab bahasa Jawa yang aku kuasai: menghitung dari 1-10, lali aku, owalaaah, sopo jenengmu, Aku Tresno Karo kowe dan Witing Tresno Jalaran Soko Kulino (eaaaa...yang terakhir jangan baper ya..)

Setiap berkunjung ke daerah baru, selalu ada pelajaran yang dipelajari dari kearifan lokalnya. Terimakasih Magetan untuk segala yang unik. Orangnya yang pantang menyerah, budayanya yang masih sangat kental, dan sikap gotong royong yang membanggakan. Sampai ketemu di lain waktu...Pokoke aku tresno deh..muaacchhh!


Roel Alghazel

Tidak ada komentar: