Laman

Minggu, 26 Oktober 2014

Gini Loh “Royal Weddingnya” Orang Aceh


Bulan Oktober 2014, Indonesia dihebohkan dengan pernikahan Raffi Ahmad - Nagita Slavina, yang konon katanya jadi pernikahan termewah tahun ini, katanya sih Royal Weddingnya Indonesia. Bahkan beberapa TV swasta menyiarkan secara live. Sangking hebohnya pernikahan ini, Pelantikan Presiden ke-7 Indonesia aja kalah saing. Mungkin masyarakat kita sudah bosan dengan politik yang ga jelas dan bikin pusing. Mending nonton yang bahagia dan indah-indah, menghadirkan cinta bagi siapa saja yang melihatnya…asseekkk! Hahahaha (Jadi kepengen Nikah??? Kita Nikah Yuukk!!!!)

Stop deh ngomongin ga jelas, kembali ke Laptop! Nah, kali ini aku pengen share pernikahan yang ga kalah keren dengan pernikahannya Raffi. Aku sih bilangnya Royal Weddingnya Aceh. Soalnya yang nikah itu abang kandung satu-satunya. Putra Pertama Pak Muhammad dan Ibu Cut Nurhadijah. Pada kenal ga??? Ya itu ayah sama Mamaku…hehe. Mau tau prosesinya??? Here we go!

Aceh itu kaya banget dengan budaya dan adat istiadatnya, dari perayaan terkecil sampai prosesi nikah sekalipun. Bukan sekedar adat tetapi punya filosofi tersendiri dan harapan. Banyak tahapan dan adat yang harus dijalani oleh Orang Aceh yang mau menikah. Itu juga yang harus dilewati oleh Abang aku. Diantaranya:
1. Melamar

Proses Lamaran

Bagi mereka yang sudah mendapatkan tambatan hati dan serius untuk menikah. Pasti harus melamar dong, masak iya ga. Dalam proses ini keluarga pihak lelaki ke rumah pihak wanita untuk melamar, biasanya dilibatkan Pak Geuchik (kepala Desa) atau Teungku (Orang yang dihormati di kampung) sebagai jubir. Nah, setelah lamaran diterima, maka pihak keluarga akan menentukan berapa mahar yang diinginkan pihak wanita dan ditentuin deh tanggal pernikahan dan resepsi.
Konon, Gadis Aceh terkenal karena maharnya yang tinggi banget, biasanya untuk pendidikan biasa sekitar 5 mayam (1 mayam= 3 Gram), sedangkan yang pendidikan tinggi atau memiliki kelebihan lain bisa mencapai 20, 25 bahkan 30 Mayam, belum lagi Asoe Kama (Isi Kamar), duet hangus dan banyak lagi. dan setiap daerah beda-beda dalam tingkatan maharnya. Tapi, ga semua kok, karena mahar itu bisa ditawar dan disesuaikan. Nah, disini tugasnya para keluarga dan tetua Kampung untuk menawar semana mahar yang sanggup diberikan pihak lelaki.  Kalau sudah cinta, mana mungkin Si Wanita mau menyusahkan Calon Suaminya (ya Kan???). Jadi, jangan takut untuk menikah karena tingginya mahar, Percaya deh klo punya niat yang baik dan tulus pasti Allah kasih jalan. Biasanya yang cewe butuhkan pada pasangannya itu kepastian dan keberanian untuk meminang, ya ga sih Ladies???? 

2. Duek Pakat (Musyawarah bersama)
Setelah ditentukan tanggal pernikahan, maka Adat Orang Aceh itu melakukan Duek Pakat (Musyawarah Bersama). Acara ini dihadiri oleh Keluarga Besar, Saudara, Kerabat dekat dan aparatur desa. Di Aceh, rasa solidaritas dan gotong royong masih kuat banget, jadi acara ini diadain untuk pengumpulan dana dan penyusunan panitia acara agar meringankan beban Tuan Rumah yang ingin mengadakan pesta besar. Seluruh family dan tamu yang hadir memberikan sumbangan seikhlas hati. Biasanya Duek Pakat ini bisa menghasilkan uang puluhan Juta Rupiah. Kami (Orang Aceh) percaya bahwa ketika kita memberi lebih maka kita juga akan mendapatkan lebih.
Dalam hal ini Aku aja takjub melihat rasa solidaritas dan gotong royong masyarakat untuk saling membantu. Acara malam Duek Pakat dirumahku menghasil uang sekitar Rp.23jt. Woww..angka yang cukup fantastis. Selain itu juga ngebentuk panitia untuk hari H, mulai dari hal kecil sampai soal memasak, yang semuanya dilakukan oleh warga desa. Tuan rumah Cuma mengontrol dan terima beres. Ini dia bukti solidaritas dan berbagi. Salut!

3. Peusijuk (Tepung Tawar)
Sebelum menuju acara sacral pernikahan, maka calon Linto Baroe (pengantin pria) akan dipeusijuk. Tujuannya adalah untuk didoakan semoga diberi kelancaran dan dilimpahi keberkahan dalam hidup. Dalam proses ini juga menjadi moment untuk meminta maaf kepada kedua orang tua sekaligus meminta izin untuk menikahi tambatan hati. Nah, biasanya moment ini cukup mengharukan, Abang ku aja yang jarang mengeluarkan air mata, sampe nangis banget. Apalagi yang lain, pasti pada mewek semua. Sedih loh!

4. Prosesi Akad Nikah
Proses pernikahan biasanya dilakukan di KUA, Rumah atau di Mesjid. Ini jadi moment yang begitu mendebarkan, kelihatannya sih gampang banget ngucapin Ijab Qabul. Tapi bisa dipastikan Calon Pengantin Pria hatinya pasti serasa mau copot (dag dig dug). Liat kan gimana tegangnya Raffi Ahmad sebelum Ijab Qabul, aku sih yakin semua pria pasti deg-degan pas mau Ijab Qabul. Soalnya tanggungjawabnya bukan hanya sama manusia, tapi langsung ke hadapan Allah. Sakral banget deh. Sangking sakralnya sebagian orang pasti menangis, menangis bahagia pastinya.
Tanggal 09 Oktober 2014 jadi tanggal bersejarah bagi Abang dan keluargaku. Karena hari ini di Mesjid Agung Saree- Aceh Besar ia berikrar di hadapan 2 Saksi, Malaikat dan Allah SWT untuk bertanggungjawab menjaga dan mencintai istrinya dengan sepenuh hati. Momen hari itu sangat mengharukan, Ayah ga bisa hadir karena harus dirawat  di rumah sakit karena kondisinya Drop, dijagain sama si Adek yang bungsu sedangkan aku masih di seberang pulau belum bisa pulang. Sedih banget pokonya hari ini, tapi tidak mengurangi rasa bahagia karena telah sah menjadi suami-istri.

5. Resepsi Intat Linto
Persiapan Untuk Intat Linto Baroe


Dalam Adat Aceh itu ada yang namanya Intat Linto (mengantarkan pengantin pria). Dimana pihak keluarga pria ngantarin “Putranya” ke rumah mempelai wanita. Dihadiri oleh keluarga besar dan warga desa. Kalau dekat bisa pake motor, kalau jauh ya harus sewa mobil BE (bireun Express). Nah, kali ini kami Intat Lintoenya ke Saree-Aceh Besar. Lumayan jauh kalo dari Aceh Utara, sekitar 4 jam lah waktu perjalanan. Makanya, rombongan memilih berangkat malam biar ga telat sampe. Sesampai disana, rombongan kami membentuk barisan. Karena ga boleh langsung nyosor sembarangan. Barisan pertama itu Ibu Keuchik, Ibu Imam Mesjid dan Tetua Adat wanita dikampung, barisan kedua memperlai pria didampingi Tetua Adat Pria dan barisan Bapak2 sedangkan terakhir itu baru barisan ibu2. Setelah serah terima oleh Barisan depan dengan proses pemberian Ranup (sirih), maka rombongan kami resmi diterima dan diiring masuk dengan lantunan Rapa’I dan serune Kalee (Alat Musik Khas Aceh). Lintoe Baroe disambut Oleh Dara Baroe serta sambutan dengan Tarian Ranup Lampuan (tarian khas Aceh untuk penyambutan Tamu). Rombongan pria juga membawa Peneuwoe (Seserahan) untuk mempelai wanita yang isinya: mulai dari pakaian dalam sampai kosmetik dan hadiah. Selain itu juga membawa hidang (kue khas Aceh) yang dibalut dengan kain Kuning, ada juga kelapa muda, tebu dan makanan lainnya. Semua itu sudah disiapkan oleh para pemuda desa. 

Penyambutan Linto Baroe

 Tarian Ranup Lampuan,Tarian Penyambutan Tamu Khas Aceh

Setelah tarian selesai, tamu baru bisa masuk dan menyantap hidangan. Kalau keluarga inti khusus wanita biasanya masuk ke dalam dengan hidangan khusus pas di depan pelaminan, biasanya makanan di dalam itu maknyuss alias laziizzz. Kita bisa makan sepuasnya, berhubung aku baru mendarat dari Bandung Pas banget buat melepas kangen dengan masakan aceh dan bisa makan sepuasnya..hahahah
Hidangannya Komplit, asik bisa makan sepuasnya..hihihi

Sedangkan para tetua Desa yang Pria melakukan serah terima secara adat kepada pihak wanita. Setelah prosesi makan selesai, maka dilanjutkan dengan proses pesijuk dan adat lainnya yang dilakukan oleh Orang tua pihak Wanita, disini pengantin akan dipeusijuk dengan maksud agar pernikahan mereka berkah dan selalu dingin dan tenang. Kalau ada masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin, dll.

Prosesi Peusijuk

Setelah semua prosesi adat selesai, barulah para tamu memberikan selamat dan foto bersama.

6. Resepsi Tueng Dara Baroe
Jika sebelumnya prosesi Intat Lintoe, sehari atau dua hari sesudahnya adalah prosesi Tueng Dara Baroe(Penjemputan Pengantin Wanita). Nah, kalau ini giliran pihak wanita menuju ke rumah Pihak Pria. Prosesinya hampir sama dengan Intat Lintoe, dan dara baroe akan dijemput oleh Tetua Desa sebagai penerimaan resmi di pihak Pria.
Prosesinya sama seperti sebelumnya yaitu: makan, peusijuk, dan Pot Caplie (Memetik Cabai). Pot Caplie adalah kiasan untuk proses dimana pengantin wanita menyalami keluarga inti Pria dan diberikan salam tempel. Dan salam templenya biasanya banyak loh, kali aja dengan semua keluarga besar. Waaahh..asiikkk juga ya jadi dara Baroe..hehehe

 Proses Adat Pot Caplie 

Foto keluarga 

Ketika Hari H, semua warga desa saling membantu dan mengerjakan semua tugas, dari masak sampai nyuci piring. Sedangkan tuan Rumah hanya menerima tamu. Alhamdulillah acaranya semua berjalan lancar dan tidak ada makanan yang kurang. Gotong royong masih kental banget. Kalau kita mau membantu orang, pasti orang juga akan membantu kita. Makanya rasa solidaritas dan silaturahmi itu masih kental banget, dan itu beda banget dengan di kota. Dan ini salah satu faktor enaknya tinggal di kampong. Rasa pedulinya masih kuat banget.

7. Pembagian Kue dan Bersih-Bersih
Setelah acara selesai, maka tuan rumah akan membagikan kue “enak” yang dibawa Pihak Dara Baroe atau Linto dan dibagikan ke semua saudara dan warga desa. Berbagi walau dalam hal kecil, sekaligus ucapan terimakasih karena telah berpartisipasi membantu. Setelah acara selesai, Tuan rumah harus ngebersihin rumah, nge-lap piring dan menyusun kembali, ngumpulin sampah dan bersihin rumah. Nah, kalau bagian ini udah kewajiban tuan rumah, Aku sebagai anak gadis dari tuan rumah punya tanggung jawab ngehandle semua, huifff capek banget kan. Tapi aku ga sendirian kok, dibantu sama sodaraku yang baik hati. Ya begitulah kalau kita ngadain acara besar. Semua dari kita, oleh kita dan Untuk kita. Rasa gotong royong dan saling membantu itu yang harus dipertahankan masyarakat Aceh. KArena ga semua daerah loh masih kayak gitu. Malah kalau di kota besar kita harus nyewa gedung sampai catering yang harganya bisa rarusan juta rupiah. Tapi dengan semangat gotong royong masyarakat, pesta bisa diadain dari uang bersama dan sedekah, jadi ga memberatkan tuan rumah. Bahkan ini lebih mantap dari sponsor..hahahahaha

Nah, itu dia Royal Weddingnya Orang Aceh (versi aku dari Aceh Utara). Di berbagai daerah di Aceh adatnya itu beda-beda, misalnya adat Aceh Utara beda dengan Aceh Tengah dan Aceh Selatan. Setahu-ku di Aceh Selatan adatnya banyak dan masih kental banget, malah acara resepsinya bisa sampe 7 hari 7 malam. Wiihh...kebayang kan gimana seru dan banyaknya adat yang harus dilewati. Karena itu, sebagai anak Aceh harus bangga dong sama adat dan budaya yang kita miliki, adat yang baik kita lestarikan sebagai warisan leluhur.

Kadang menikah itu bukan soal perayaan yang harus mewah dan megah. Tapi yang terpenting adalah merasakan moment sacral yang dilewati serta diresapi menjadi wejangan dalam mengarungi bahtera rumah Tangga. Karena Menikah itu bukan akhir, tapi awal membangun keluarga yang sakinah, mawaddah dan Rahmah. ga mesti mewah dan mahal, tapi pastikan nikahan kamu itu tetap harus jadi "Royal Wedding-nya Kamu". :)

Finally...Happy Wedding my Bro’s, semoga bahagia dan diberkahi dalam membangun rumah tangga. Tetap menjadi Anak dan abang yang membanggakan, kami ga kehilangan abang tapi kami jadi punya kakak baru. Semoga cepat ngasih kami ponaan yang lucu dan shalih. Barakallah :)



Selfie dulu Sama Pengantin Baru :)

Note:
Yang belum nikah, segera menikah jangan kelamaan pacarannya ga baik loh.
Mending Nikah dapat pahala sekaligus dapat cinta yang halal.
Buat cowo jangan takut sama mahar dan sebagainya, buktinya banyak juga yang ekonominya kurang tapi tetep bisa nikah, yang dibutuhkan itu keberanian dan keyakinan. Udah deh Nikah Aja!!!!
Buat cewe jangan terlalu memilih, kalau ada yang mendekati kriteria, Udah terima aja!!!
Yang belum ketemu jodohnya, terus perbaiki diri dan berdoa semoga dimudahkan.
Doain aku juga ya..hehehe :)


Salam. Roel Alghazel :)

1 komentar:

Yudha Kusuma mengatakan...

Tulissan nya bagus, pembahasannya juga tentang tahapan pernikahan dari musyawarah sampai ke pernikahannya


http://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-retailer-secara-umum-dalam-ilmu-marketing.html