Laman

Selasa, 16 Februari 2016

Garut Aku Jatuh Cinta (Lagi)


Ini, kedua kalinya aku berkunjung ke Garut. Setelah semester lalu mengikuti OCT(Baca disini --->>> (Garut Part 1) Garut part 2), kali ini aku sengaja kembali (tsaahhh...bahasanya) untuk menghadiri pernikahan salah satu teman yang paling gokil, paling nekat, paling cerewet, kadang jadi umi, kadang jadi anak kecil, ga bisa diem, ga bisa diatur, sariweuh riweuh lah. Eh tau-taunya dia duluan yang nikah. Ya begitulah jodoh ya, tak tau kapan datang dan tak tau siapa duluan. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah menikah itu bukan soalan siapa cepat (kan ini bukan lomba lari..hehehehe), tapi soalan mendapatkan orang yang tepat pada saat yang tepat pula.....eaaaaa

Oke kembali ke topik...
Kali ini, ada beberapa hal yang bikin jatuh cinta (lagi) sama Garut. Kalau pertama kali ke Garut lebih mengenal pendidikannya, kali ini lebih mengenal budaya, tempat wisata dan pastinya bahasa Sunda. Selama di Garut, ga tau kenapa pengen aja ngomong bahasa Sunda. Dan hasilnya.... Abdi salaku urang Aceh, atos lancar nyarios bahasa Sunda. Huahahahaha (ketawa Bangga..) --->>> ngan saukur sakitu..hihi

1. Ikan bakar di rumah Bu Ani
Kita (Aku bersama 7 rekan lainnya) berangkat ke Garut sehari sebelum hari H, awalnya sih pengennya kesana duluan karena pengen menjelajah Garut, tapi apalah daya yang namanya anak muda, sore hari masih aja berkeliaran di Gerlong-KPAD-Alfurqan-Gerlong-KPAD (terus aja sampe negera api menyerang dan teh vani ketiduran...hahahaha). Akhirnya kita sampai di Garut Pas saat Azan Magrib berkumandang. Tujuan pertama adalah silaturahmi ke rumah ibu Ani, salah satu rekan kita di Pasca Sarjana yang memang asli orang Garut. Dirumah beliau kita dijamu makan, ikan bakar dan ikan bumbu pedas pas sekali mengganjal perut yang sudah kerencongan sedari tadi. Satu lagi, Kue Pie coklat yang disuguhkan bu Ani asli enaakkk banget gaesss (Rasa-rasanya pengen melahap habis itu pie, tapi kan malu..hahahahha). Suasana semakin hangat sambil ngobrol cantik  ditengah suasana hujan sedang senangnya-senang turun menyapa bumi. Walau sedikit malu-malu dan bilang “aduhhh..Bu Ani ga usah repot-repot”, tapi dorokdok, pie, pisang sale, peyek kacang bahkan tomat sekalipun dilahap habis. Yang namanya rezeki kan ga boleh nolak. Rezeki kita anak rantau, berasa perbaikan gizi.hahahahahhaha

 Hatur nuhun pisan Bu Ani. We laf yuu...

Ikan bakarnya mantaapppp!

2. Walimahan Beo
Beo, iya Beo, tapi itu bukan nikahan burung ya. Beo itu nama teman kita, iya nama sebenarnya sih Imas Cucu Latipah (namanya bagus tapi dipanggil Beo) yang konon katanya kalau di Sunda itu keturunan Nyimas alias darah biru. Ga tau kenapa, ini makhluk suka dipanggil Beo ya mungkin karena dulu cerewet kaya beo kali ya. Jadilah, kita memanggilnya Beo. Dan memang dia suka dipanggil Beo.
Lucunya, karena kebiasaan manggil Beo, pas sampe dirumah Beo, Anandha dengan pedenya manggil “Teh Beo..teh Beo” Umi nya (ibunya Beo) bingung sekaligus heran ”Beo..Beo..”. Oopss, Aku lupa briefing kalau lagi dirumah Beo, tolong jangan panggil Beo, tapi panggil Imas. Karena di keluarganya ga tau tuh yang namanya Beo. Beo hanya nama dikalangan teman-teman dekatnya saja. Owalah..kacau kacau. hahahaha

Sebagai teman yang baik, kita diminta jadi pager ayu alias bridemates alias pendamping pengantin. Kalau kata Anandha sih: “Jadi pager ayu dulu lah, habis itu baru dipagerin”, (“dipagerin apa Nda?” “Pager beton...hahahaha”).

Walimahan Beo sangat kental dengan adat Sundanya, Aku yang bukan orang Sunda cukup excited melihat langsung pernikahan ala negeri Parahyangan ini. Mulai dari penyambutan calon pengantin Pria dengan adat mapag; yaitu mengalungkan untaian bunga melati oleh pihak perempuan, penyerahan calon pengantin Pria yang penuh haru, Akad Nikah, dilanjutkan dengan sungkeman, pabetot bakakak  dan saweran.

Dari serangaikan adat itu, yang paling bikin terbelalak itu ya pabetot bakakak dan saweran. Soalnya seumur hidup belum pernah liat nginian, rebutan dan rame-ramenya ituloh bikin geleng-geleng kepala.

Mau tau apa itu pabetot bakakak dan saweran??? Ini dia penjelasannya; Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar). Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian MC memberi aba-aba, kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama. Melambangkan bahwa berapapun rejeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama. Kali ini Bang Rio yang dapat lebih besar...semoga rezekinya lancar yah!

Saweran berasal dari kata panyaweran. Pihak keluarga pengantin membagikan berupa uang, permen dan beras dengan cara melemparkannya kepada para tamu undangan dan masyarakat yang datang. Sebenarnya saweran itu punya filosofi tersendiri; beras mengandung simbol kemakmuran. Maksudnya mudah-mudah setelah berumah tangga pengantin bisa hidup makmur. Uang recehan mengandung simbol kemakmuran maksudnya apabila kita mendapatkan kemakmuran kita harus ikhlas berbagi dengan Fakir dan yatim. Permen artinya mudah-mudah dalam melaksanakan rumah tangga mendapatkan manisnya hidup berumah tangga.
Bayangin, semua orang pada rebutan saweran mulai dari anak kecil sampai orang tua sekalipun.ckckckckck...Pantesan dari tadi rame banget anak SD yang nungguin disitu, rupanya nungguin saweran toh!



Semoga, Pasangan ini diberkahi dan dilimpahin kebahagian dalam hidupnya. Barakallah Beo dan Om Oyo.


3. Sumber Alam
Habis dari Nikahan Beo, kita coba deh explore Garut. Awalnya sih pengen ke Kawah Darajat, Cuma sepertinya macet banget. Pun juga pengen ke Pantai Sontoloyo, (eh salah) maksudnya itu Pantai Santolo yang konon katanya sih dari tepi pantai kita bisa melihat Benua Australia langsung (katanya sih...). Karena semua jangkauannya agak susah, akhirnya pilihan berlabuh ke Cipanas. Cipanas adalah salah satu lokasi wisata di Garut. Disana banyak banget wisata air panas dan sepanjang jalan dipenuhi cotage/penginapan.
Sesuai recomendasi Bu Ani akhirnya kita ke Sumber Alam, salah satu kolam air panas yang ada di Cipanas. Cuma perlu 40rb/orang untuk bisa masuk dan berendam sepuasnya disana. Sejenak melenturkan badan dan menikmati alam Garut.

Iconic Sumber Alam^^

Work make full your wallet, but holiday make full you soul.


4. Pasar Ceplak
Pasar Ceplak adalah salah satu pusat wisata kuliner paling ngehits di Garut. Tak lengkap jika belum datang ke pusatnya kuliner dan jajanan Di Garut ini. Kata Mas Alfi sih pasar ini sudah ada sejak tahun 70-an (dari sejak Pak Nanrus dan Bu Anne masih pacaran). Nama “ceplak” diambil dari bahasa Sunda “nyeplak” yang berarti makan sambil mulut terbuka dan bersuara. Mulai dari situlah nama “ceplak” digunakan.  Katanya sih ga pernah sepi pengunjung. Banyak sekali makanan dan jajanan yang dapat dipilih sesuai selera. Pedagang ayam goreng, baso, gulai kambing, sate, martabak manis, kue tambang, hingga soto berjejer menghiasi jalan sepanjang 300 meter ini.

 Sepanjang jalan makanan semua
Malam itu, sebagian kita nyantap ayam bakar, gulai kambing, dan ayam Goreng. Tak lupa mas Alfi beliin kue Apug dan nyobain baso yang katanya ngehits banget dari tahun 70-an. Dan beeuuhhhh....baksonya enak banget. Asli....ga boong, beneran enak.
Selain makanannya yg banyak, disana juga banyak banget pengamen. Setengah jam nongkrong disitu lebih 10 pengamen yang menghampiri (jodoh yang dinanti tak kunjung kemari, ini malah pengamen yg datang menghampiri...haduuhhh gubrak).
Perut kenyang, saatnya pulang. Eitss...sebelum pulang Syifa beliin Kue Putu. Dan sekali lagi beuuhhh.... Gila.... Putunya enak banget. Asli. Beneran. Edan enak banget (lebay ya...okeh okeh maaf). Beneran putunya enak banget dan manis, semanis kamu! Iya kamu.

Oleh-oleh sudah ditangan, perutpun kenyang. Saatnya kembali ke Bandung. Lagu nostalgia dari Thomson Fm pas banget nemenin malam minggu kita dengan sedikit gerimis. Lengkap sudah perjalanan di Garut. Mobilpun melaju. Saatnya pulang, karena esensi dari sebuah perjalanan bukanlah pergi, tapi pulang.

5. Cinta.....
Satu hal yang pasti, Garut selalu mempesona dengan alamnya yang indah, budayanya yang meriah dan orangnya yang ramah. Terima kasih Garut dan orang-orangnya yang bikin jatuh cinta (lagi). Semakin cinta dengan perbedaan yang menyatukan. Semakin cinta dengan kebersamaan yang membahagiakan, semakin cinta dengan alamnya yang apik. Semakin cinta dengan keanekaragaman Indonesia.
Thanks God, Im Thankful Today!

Best Regard

Roel Alghazel. 

Tidak ada komentar: