Sah Sampe Subang!
Yap, akhirnya kesampaian
juga nulis tentang Subang. Setelah hampir 2 tahun menetap di Kota Bandung. Pada
15 April yang lalu, Saya berkesempatan mengunjungi salah satu kabupaten di Jawa
Barat, Subang. Dari dulu ingin sekali berkunjung kesana (bahkan ada yang ngejanjiin
ngajak kesana, tapi entah kenapa ajakan itu melebur bersama meleburnya
kebersamaan kita...eaaakkk) Ah sudahlah...intinya saya sudah menginjakkan kaki
di Kota itu.
Adalah Subang salah satu
kabupaten di Jawa barat. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di
utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten
Bandung Barat di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di
barat. Kabupaten ini terhubung
langsung dengan jalur Pantura (jalur yang sibuk banget kalau musim mudik tiba).
Sekarang juga sudah ada Tol Cipali yang memudahkan akses ke Subang dan daerah
lain di Pulau Jawa. ( Sumber: wikipedia.org)
Hari itu, saya berangkat
bersama dua rekan se-genk
(ceilah...genk! kayak anak abege ajah) Dhila dan Aprilia. Tujuan kita kesana untuk
nganterin sepupunya April pindahan ke rumah baru di sana. Kita berangkat pukul
10.00 via Lembang. Jalur ini cukup nyaman dilalui dengan panorama alam yang
amat indah. Ada hamparan kebun teh yang udaranya sejuk. Melewati kawasan Air
panas Ciater dan Gunung Tangkuban Parahu. (Ingat...Tangkuban Perahu itu sudah
masuk wilayah Subang ya, bukan lagi Bandung). Rutenya hampir sama kayak Jalur
Seulawah (kalau di Aceh). Jadi ya ga kaget-kaget amat dengan lika-liku
perjalanan ini.
Jam 11.30 kita sampai di
Kota Subang, langsung menuju tempat tujuan tepatnya di jalan Otista (Jalan Otto
Iskandar Dinata). Pas keluar dari mobil langsung disambut dengan hawa panas (karena
siang juga kali ya). Bener kata orang kota ini panas. Langsung saja kita
disambut dengan minuman dingin yang ada manis-manisnya gitu (apa hayoooo???) ya
Tes Manis lah...masak air mineral.hihihi
Di Subang kita juga punya
rekan satu kelas, Syifa Jauhar Nafisa namanya. Itu loh enterpreneur muda dari
Subang (siapa sih yang ga kenal dia, sudah terkenal seantero subang). Kalau
anda ga kenal, berarti anda kurang gaul (atau memang dia ga terkenal kali
ya...wkwkwkwk peace Ceu). Awalnya kita ingin langsung ke rumahnya, kasih
surprise gitu “tadaaaa....kita depan
rumah loh”! (itu ekspektasinya). Nyatanya dia malah sedang ada training
enterpreneur di Kadin Subang. Yaaaahhh...misi kita gagal.
Kalian tau ga Kadin itu apa?
Kadin itu Kantor Dinas. Bego banget kita nanyain ke orang “Punten pak! Kadin itu dimana ya?” Ya orang-orang pada bingung lah.
Mana ada tempat namanya Kadin. Memang lah niat awal mau ngerjain, malah
dikerjain sama si Tuan rumah.
Akhirnya kita “culik” dan maksain
dia untuk nganterin kita explore Subang. Jadilah kita keliling Subang suka-suka
ditemenin tuan rumah.
Girang bener ya kalau jalan-jalan
Kita menelusuri sepanjang
kota, melewati alun-alun, mesjid agung. Melanjutkan perjalanan ke wisata air
Cimincul dan kemudian melintasi perkebunan teh dan nanas. Subang itu identik dengan
kota nanas, tak heran jika penjual nanas bertebaran di sepanjang jalan Subang.
Awalnya sempat heran, sebagai penghasil nanas tapi pohonnya ga ada. Yang ada
hanya pohon teh dan sawit. Parahnya lagi Si Dhila kira pohon sawit itu adalah
pohon nanas (jangan-jangan beda pohon nanas di Padang dengan Subang..hahahaha).
Tugu Nanas Kota Subang
Selain identik dengan nanas,
Subang punya lokasi wisata banyak banget. Mulai dari Tangkuban Perahu, Ciater, curug
Cijalu, penangkaran buaya, kebun teh dan spot lainnya. Selain kaya dengan
alamnya, kota ini juga kaya dengan kesenian. Salah satu kesenian populer adalah
sisingaan, yaitu tarian yang mengotong singa. Saat keliling kota saya melihat
patung sisingaan dekat dengan tempat pengelaran seni (lupa namanya apa).
Ada beberapa hal yang unik
di Subang (versi saya ya, bukan versi onthespot):
1. Setiap arsitektur pagar rumah penduduk
berbentuk nanas (ga percaya cek aja sendiri). Bahkan pagarnya diagonal gitu,
itukan bentuknya nanas. Patut ditiru, karena masyarakat mempertahankan
identitas daerah.
2. Wilayah Subang itu setengah dingin setengah
panas. Wilayah Subang perbatasan dengan Bandung itu dingin, seperti daerah
Tangkuban Perahu dan Cater itu dingin. Sedangkan wilayah pusat kota hingga
jalur pantura itu puannnasss banget. Berasa pengen minum es kelapa mudah terus
dehhh.
3. Adanya toserba dengan nama “TOK*A”.
Tulisannya hampir sama kayak B*RMA yang banyak di Bandung itu loh. Toserba ini
hanya ada di Subang saja.
4. Tugu selamat datang ada dua. Ga tau
filosofinya seperti apa, apa mungkin ini berkaitan dengan perebutan daerah
ketika penjajahan Jepang dulu (ga ding, ini hanya asumsi ngawur saja..hahahah)
5. Toko Ayam (K*C) hanya ada satu di Subang. Ini
menarik, ketika Syifa minta ketemuan di sana saya tanya: “alamatnya dimana?”
“Pokonya K*C Subang” jawabnya. Setelah
searching rupanya toko ayamnya cuma ada satu-satunya disana. Ga salah
pas kita kesana rame dipadati pengunjung.
6. Ada pasarnya namanya Bakso Malang (eh bukan),
pasar Kaso Malang maksudnya. Pasar ini dekat dengan ponpes Darussalam Subang.
7. Cimincul. (Ini paling berkesan bagi kita).
Cimincul itu adalah salah satu lokasi wisata di Pasanggrahan. Sekitar 20 menit
dari pusat kota. Akses kesana melewati pedesaan, perkebunan dan sawah nan
hijau. Wisata ini membuka mata kita bahwa wisata itu bagus tergantung dari angle mana foto itu diambil. Tergantung
bagaimana kita menikmatinya...hehehehehe
(hanya
7 yang saya rangkum. Masih banyak lagi keunikan Subang lainnya. Mari explore, mari kunjungi Subang, Si Kota Nanas)
Memburu oleh-oleh Subang
Akhirnya, perjalanan sehari
di Subang berakhir. Tak lupa rekan kita selaku tuan rumah membekali kita dengan
oleh-oleh khas Subang...treng treng treng
Nanassssssss. Kurang apa coba, udah kita todong minta ditemenin keliling
Subang, kita culik dari kegiatannya dan dibekali pula dengan oleh-oleh yang
tumpah ruah...huaaaaaa baik sekali hatinya. Semoga cepat dapat jodoh ya
Ceu...hihihi
Terimakasih telah mengajak
kita mengenal Subang.
Terimakasih sudah memberikan
pembelajaran dari perjalanan ini.
Terimakasih untuk tawa dan
kebersamaan.
Jazakillah Khairan katsir.
Wassalam
Nurul Alghazel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar