Laman

Rabu, 20 April 2016

Subang: Pesona Kota Nanas

 Sah Sampe Subang!

Yap, akhirnya kesampaian juga nulis tentang Subang. Setelah hampir 2 tahun menetap di Kota Bandung. Pada 15 April yang lalu, Saya berkesempatan mengunjungi salah satu kabupaten di Jawa Barat, Subang. Dari dulu ingin sekali berkunjung kesana (bahkan ada yang ngejanjiin ngajak kesana, tapi entah kenapa ajakan itu melebur bersama meleburnya kebersamaan kita...eaaakkk) Ah sudahlah...intinya saya sudah menginjakkan kaki di Kota itu.


Adalah Subang salah satu kabupaten di Jawa barat. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten Bandung Barat di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di barat. Kabupaten ini terhubung langsung dengan jalur Pantura (jalur yang sibuk banget kalau musim mudik tiba). Sekarang juga sudah ada Tol Cipali yang memudahkan akses ke Subang dan daerah lain di Pulau Jawa. ( Sumber: wikipedia.org)

Hari itu, saya berangkat bersama dua rekan se-genk (ceilah...genk! kayak anak abege ajah) Dhila dan Aprilia. Tujuan kita kesana untuk nganterin sepupunya April pindahan ke rumah baru di sana. Kita berangkat pukul 10.00 via Lembang. Jalur ini cukup nyaman dilalui dengan panorama alam yang amat indah. Ada hamparan kebun teh yang udaranya sejuk. Melewati kawasan Air panas Ciater dan Gunung Tangkuban Parahu. (Ingat...Tangkuban Perahu itu sudah masuk wilayah Subang ya, bukan lagi Bandung). Rutenya hampir sama kayak Jalur Seulawah (kalau di Aceh). Jadi ya ga kaget-kaget amat dengan lika-liku perjalanan ini.

Jam 11.30 kita sampai di Kota Subang, langsung menuju tempat tujuan tepatnya di jalan Otista (Jalan Otto Iskandar Dinata). Pas keluar dari mobil langsung disambut dengan hawa panas (karena siang juga kali ya). Bener kata orang kota ini panas. Langsung saja kita disambut dengan minuman dingin yang ada manis-manisnya gitu (apa hayoooo???) ya Tes Manis lah...masak air mineral.hihihi

Di Subang kita juga punya rekan satu kelas, Syifa Jauhar Nafisa namanya. Itu loh enterpreneur muda dari Subang (siapa sih yang ga kenal dia, sudah terkenal seantero subang). Kalau anda ga kenal, berarti anda kurang gaul (atau memang dia ga terkenal kali ya...wkwkwkwk peace Ceu). Awalnya kita ingin langsung ke rumahnya, kasih surprise gitu “tadaaaa....kita depan rumah loh”! (itu ekspektasinya). Nyatanya dia malah sedang ada training enterpreneur di Kadin Subang. Yaaaahhh...misi kita gagal.

Kalian tau ga Kadin itu apa? Kadin itu Kantor Dinas. Bego banget kita nanyain ke orang “Punten pak! Kadin itu dimana ya?” Ya orang-orang pada bingung lah. Mana ada tempat namanya Kadin. Memang lah niat awal mau ngerjain, malah dikerjain sama si Tuan rumah.
Akhirnya kita “culik” dan maksain dia untuk nganterin kita explore Subang. Jadilah kita keliling Subang suka-suka ditemenin tuan rumah.

Girang bener ya kalau jalan-jalan


Kita menelusuri sepanjang kota, melewati alun-alun, mesjid agung. Melanjutkan perjalanan ke wisata air Cimincul dan kemudian melintasi perkebunan teh dan nanas. Subang itu identik dengan kota nanas, tak heran jika penjual nanas bertebaran di sepanjang jalan Subang. Awalnya sempat heran, sebagai penghasil nanas tapi pohonnya ga ada. Yang ada hanya pohon teh dan sawit. Parahnya lagi Si Dhila kira pohon sawit itu adalah pohon nanas (jangan-jangan beda pohon nanas di Padang dengan Subang..hahahaha).
Tugu Nanas Kota Subang

Selain identik dengan nanas, Subang punya lokasi wisata banyak banget. Mulai dari Tangkuban Perahu, Ciater, curug Cijalu, penangkaran buaya, kebun teh dan spot lainnya. Selain kaya dengan alamnya, kota ini juga kaya dengan kesenian. Salah satu kesenian populer adalah sisingaan, yaitu tarian yang mengotong singa. Saat keliling kota saya melihat patung sisingaan dekat dengan tempat pengelaran seni (lupa namanya apa).
Ada beberapa hal yang unik di Subang (versi saya ya, bukan versi onthespot):

1. Setiap arsitektur pagar rumah penduduk berbentuk nanas (ga percaya cek aja sendiri). Bahkan pagarnya diagonal gitu, itukan bentuknya nanas. Patut ditiru, karena masyarakat mempertahankan identitas daerah.

2. Wilayah Subang itu setengah dingin setengah panas. Wilayah Subang perbatasan dengan Bandung itu dingin, seperti daerah Tangkuban Perahu dan Cater itu dingin. Sedangkan wilayah pusat kota hingga jalur pantura itu puannnasss banget. Berasa pengen minum es kelapa mudah terus dehhh.

3. Adanya toserba dengan nama “TOK*A”. Tulisannya hampir sama kayak B*RMA yang banyak di Bandung itu loh. Toserba ini hanya ada di Subang saja.

4. Tugu selamat datang ada dua. Ga tau filosofinya seperti apa, apa mungkin ini berkaitan dengan perebutan daerah ketika penjajahan Jepang dulu (ga ding, ini hanya asumsi ngawur saja..hahahah)

5. Toko Ayam (K*C) hanya ada satu di Subang. Ini menarik, ketika Syifa minta ketemuan di sana saya tanya: “alamatnya dimana?” “Pokonya K*C Subang” jawabnya. Setelah  searching rupanya toko ayamnya cuma ada satu-satunya disana. Ga salah pas kita kesana rame dipadati pengunjung.

6. Ada pasarnya namanya Bakso Malang (eh bukan), pasar Kaso Malang maksudnya. Pasar ini dekat dengan ponpes Darussalam Subang.

7. Cimincul. (Ini paling berkesan bagi kita). Cimincul itu adalah salah satu lokasi wisata di Pasanggrahan. Sekitar 20 menit dari pusat kota. Akses kesana melewati pedesaan, perkebunan dan sawah nan hijau. Wisata ini membuka mata kita bahwa wisata itu bagus tergantung dari angle mana foto itu diambil. Tergantung bagaimana kita menikmatinya...hehehehehe

(hanya 7 yang saya rangkum. Masih banyak lagi keunikan Subang lainnya. Mari explore, mari kunjungi Subang, Si Kota Nanas)

Memburu oleh-oleh Subang

Akhirnya, perjalanan sehari di Subang berakhir. Tak lupa rekan kita selaku tuan rumah membekali kita dengan oleh-oleh khas Subang...treng treng treng Nanassssssss. Kurang apa coba, udah kita todong minta ditemenin keliling Subang, kita culik dari kegiatannya dan dibekali pula dengan oleh-oleh yang tumpah ruah...huaaaaaa baik sekali hatinya. Semoga cepat dapat jodoh ya Ceu...hihihi

Terimakasih telah mengajak kita mengenal Subang.
Terimakasih sudah memberikan pembelajaran dari perjalanan ini.
Terimakasih untuk tawa dan kebersamaan.
Jazakillah Khairan katsir.

Wassalam
Nurul Alghazel.


Tidak ada komentar: