Laman

Selasa, 15 Oktober 2013

Antara Lebaran dan Air Mata



Allahu akbar...Allahu akbar Allahu Akbar. Laa ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahilhamd.
Selepas magrib, takbir mengema dimana-mana. Semesta bertasbih mengagungkan nama Allah. Begitu bergetar hati ini tatkala mendengarkannya dan tak sadar di takbir ketiga air mata ini menetes, deras sekali...Ya Rabbi beginikah rasanya berlebaran jauh dari orang tua..huhu Malam Takbiran saya habiskan bersama anak-anak jalanan di sebuah Panti Sosial di kawasan Keutapang.(takbiran semalam begitu mengharu biru) :(
Pagi tadi kami melaksanakan shalat idul adha di lapangan TVRI Banda Aceh bersama ribuan warga lainnya. Tangis pun memuncah kala saya menghubungi orang tua untuk meminta maaf. Ya..walaupun hanya via telpon tapi cukup membuat ibu saya terisak dalam di seberang sana. Untuk pertama kalinya saya merayakan lebaran  di perantauan yang jauh dari orang tua dan keluarga besar. Itu semua bukan kesengajaan, tetapi karena tuntutan profesi yang mengharuskan saya melewati moment lebaran bersama anak-anak jalanan di panti sosial. Sedih sudah pasti saya rasakan, apalagi ditambah dengan tidak adanya suasana takbiran bersama ayah selepas isya dan berada di tengah-tengah keluarga. (tidak ada sungkeman dengan Abi Ummi, tidak ada kue lebaran, tidak ada sop daging tidak ada opor ayam). Bagi seorang perantauan seperti saya, moment lebaran memanglah begitu berharga karena saya hanya bisa pulang ketika lebaran tiba.
Namun, di balik itu semua saya tidak ingin larut dalam kesedihan dan kerinduan. Sebab saya menyadari satu hal. Sedari semalam saya menghabiskan waktu bersama anak-anak panti yang notabene jauh dari orang tua dan kehidupan bahagia. Semalam saya melihat bahwa, seberapapun keras hidup, hati mereka dan kebencian terhadap orang tuanya. Kerinduan akan ibu ayah juga dirasakan oleh anak-anak ini, saya melihat mereka menagis terisak-isak ketika takbiran berlangsung. (apa mereka merindukan ibu bapaknya???wallahu a’lam) tapi melihat mereka menangis, hati saya begitu tersentuh. Oh tuhan, anak ini menangis!!!

Hal ini yang membuat saya begitu bersyukur, ya walaupun saya tidak bersama orang tua. Setidaknya saya masih bisa menghubungi mereka via telepon dan meminta maaf. Tapi bagi mereka yang tidak ada orang tua tidak ada hangat pelukan ibu bahkan sebagian dari mereka tidak tau orang tuanya dimana. Ada kekosongan yang mereka rasakan. Ya Allah...kesedihan hamba tidaklah sebanding dengan anak-anak ini...kesedihan itu seketika sirna dengan rasa syukur yang saya rasakan.

Sayang mamak&ayah ^__^
Esensi Idul Adha
Momentum Idul Adha adalah identik dengan pelaksanaan ibadah haji bagi yang telah memenuhi undangan ke rumah Allah dan melakukan qurban. Semua orang yang diberikan kelebihan harta dan keinginan kuat beramai-ramai melakukan qurban. Pun pada khutbah hari raya,  Biasanya para khatib akan sedikit menyinggung tentang sejarah pelaksanaan qurban yaitu terkait dengan peristiwa Nabi Ibrahim AS yang akan menyembelih putra tercinta Nabi Ismail AS sebagai titah dari Rabb-nya.
Esensi dari berkurban adalah bukan terletak pada berlomba menyembelih kambing/lembu atas kebetulan semata atau hanya sekedar memamerkan hewan yang akan di kurban, tetapi lebih dari itu yaitu tentang ketaatan dan keikhlasan seorang hamba dalam menjalani perintah Rabb nya...sudahkah kita taat dan ikhlas???
Dulu Teman saya pernah berkata: "Kayaknya lebaran sekarang ga semeriah Sewaktu kita kecil ya!! | saya pun mengiyakan. | memang waktu kecil,kami melewati lebaran dengan kegembiraan dan kemeriahan yang luar biasa. Namun seiring berjalannya waktu seakan kesakralan hari tersebut semakin berkurang. |Tapi, ada suatu hal yang ingin saya sampaikan bahwa momentum hari raya (Idul fitri & Idul Adha) bukan dari meriah atau tidaknya, tapi pengakuan, kedekatan dengan Rabbi dan keharuan dari sini...dari sini (hati) kawan!
Selain itu, lebaran juga menjadi momen berkumpul bersama keluarga dan kerabat. Betapa tidak, moment lebaran selalu menyatukan anak dengan orang tua yang terpisahkan karna proses pendidikan, mempertemukan para sahabat yang terpisah lama (biasanya buat reuni gitu) dan bersilaturahmi dengan sesama.
Sudahkan kita saling memaafkan dan bersilaturahmi???bukankah sebuah riwayat menceritakan bahwa orang yang suka menyambung silaturahmi akan dimudahkan rezeki dan diberkahkan umurnya. Jadi, mengapa kita masih enggan menyambung silaturahmi???mengapa kita masih saja menghabiskan waktu di rumah dengan tidur atau internetan..sedangkan ke tetangga sebelahpun kita belum bersalaman???

Ritual wajib setiap lebaran adalah sungkeman
Maka,moment sperti inilah menjadi jembatan untuk saling menyapa dan berkunjung. Atau hanya sekedar menyapa via sms maupun telepon. Bukannya saling melupakan dan tidak mengenal.
Akhirnya....
Akhirnya saya melewati lebaran kali ini tidak bersama orang tua. Dan pada akhirnya saya menyadari dan berkali-kali mengucapkan syukur jika saya bandingkan dengan anak-anak jalanan dan tidak memiliki orang tua lagi.
Akhirnya...saya Cuma bisa mengucapkan selamat Idul Adha kepada semuanya. Semoga meomentum ini bisa menjadikan kita lebih menta’ati dan menjalani titah Sang Khalik dengan segenap keikhlasan dan ketulusan jiwa. Sembari merajut silaturahmi dengan sesama; keluarga, tetangga, kerabat, sahabat dan sekalian ummat.

 Selamat Idul Adha 1434H
Terima kasih telah berkunjung. Silahkan tinggal komentar anda. Jazakillah 

Tidak ada komentar: