November 2015 lalu,
aku diajak menghadiri pernikahan saudara di Jawa Timur, tepatnya di Desa Mrahu,
Kabupaten Magetan. Aku excited banget
dong, selain karena bisa melintasi hampir seluruh pulau Jawa, sekalian bisa
melihat langsung budaya dan adat istiadat Wong
Jowo.
Dengan segala
persiapan, kita menuju Magetan via darat alias nyetir dari Bandung-Magetan. Jaraknya
mungkin 540 km, kira-kira 15-17 jam waktu perjalanan. Melewati beberapa
kabupaten dan provinsi. Mulai dari Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Cilacap-Tegal-Purwokerto-Semarang-Yogyakarta-Solo-Ngawi-Magetan
(begitu lah kira-kita, karena
perjalanannya malam jadi ga keliatan dan ga bisa sepenuhnya melihat keindahan
daerah masing-masing).
Pelan tapi pasti mobil
kita melewati jalan yang dikelilingi pohon jati, persawahan dan perkebunan.
Magetan termasuk wilayah yang subur dalam sektor pertanian. Kita nyampe Magetan
itu sekitar pukul 05.00 WIB dan itu suasananya udah terang banget alias
matahari udah terbit (jam 05.00 WIB di Magetan, mungkin kayak jam 06.30 di
Aceh). Walau masih pagi tapi udaranya udah panas banget. FYI, Katanya ada gunung berapi yang masih aktif di daerah Magetan
dan Ngawi, jadi ga salah kalau jam 06.00 kita udah ngipas2 dan nyari kipas
angin...(asli bro panas banget)
Pagi H-1 Acara
Kedatangan kita tepat
H-1 acara dan disambut gembira oleh sanak saudara, ya karena kita tamu jauh dan
memang sengaja pulang untuk perhelatan akbar ini. (Emang kita siapa aja sih?? Oh ya...lupa!, kita berangkat dari
Bandung itu berlima; ada Om Agus, Pocut-alias tanteku, Dek Zhikran-Dek Feyza
dan Aku). Kita disuguhi teh anget dan
sarapan nasi Rawon. Nasi Rawon ini jadi salah satu makanan tradisional masyarakat
Jawa, perpaduan daging sapi dan kuahnya itu bikin nambah lagi..nambah lagi.
Sebenarnya kebiasan
makan pagi itu disuguhi nasi pecel, tapi karena dirumah lagi ada makanan semewah
Nasi Rawon. Jadilah makan nasi pecel dipending dulu. (Akankah Si Nurul bisa makan nasi pecel??? Jeng jeng jeng...Makanya baca
sampai akhir..hihiihihi)
Suasana dirumah lagi sibuk
banget, baik persiapan masakan dan properti acara. Nah, biasanya H-1 saudara, tetangga
dan warga sekitar datang untuk membawakan sembako (beras-gula-minyak
goreng-mie-telor dll) sebagai bentuk gotong royong membantu tuan rumah
mempersiapkan pernikahan. Menarik banget, karena warga saling membantu dalam
hal sembako. (Jadi ya tuan rumah ga usah
beli lagi, udah banyak banget di rumah). Setiap yang datang itu dicatat
nama dan barang apa saja yang dibawanya (Ini
juga tergantung sesering apa kita memberikan kepada orang lain).
Sembako yang dibawa ibu-ibu setempat
Adat Nikahan Jawa tidak
lengkap jika tidak dilengkapi panggung untuk kesenian Gamelan. Nah, Panggungnya
sudah siap aja di depan rumah (Mumpung belom
ada orang, mari eksis sebentar di panggung. Ladies and gentlemen please welcome
Nu..rul Hikmaaaahhhhhhhh......hahahahahaha)
Lagi nyobain bawa lagu Bungong Jeumpa..hehehehehehe
Malam H-1 Acara
Sehari sebelum upacara
perkawinan, rumah orang tua mempelai wanita dipasangi tarub dan bleketepe
dipintu masuk halaman depan. Dibuat seperti gapura yang dihiasi tarub; terdiri dari
berbagai tumbuhan ,yaitu tanaman dan dedaunan yang punya arti simbolis. Di kiri
kanan gapura dipasang pohon pisang yang sedang berbuah dan matang (Filosofinya Suami akan menjadi kepala
keluarga ditengah kehidupan bermasyarakat. Seperti pohon pisang yang bisa tumbuh baik dimanapun dan rukun
dengan lingkungan). Sepasang tebu wulung, pohon tebu yang berwarna
kemerahan (merupakan simbol mantapnya
kalbu, pasangan baru ini akan membina
dengan sepenuh hati keluarga mereka). Anyaman daun kelapa yang
dinamakan bekletepe
digantungkan digapura depan rumah, ini dimaksudkan untuk mengusir segala gangguan dan roh jahat dan sekaligus menjadi
pertanda bahwa dirumah ini sedang dilakukan upacara perkawinan.
Setelah persiapan
properti dan makanan, malamnya diadakan pengajian yang dihadari oleh ustad dan
bapak-bapak warga setempat. Pengajian ini sebagai bentuk syukur dan permohonan
doa agar acara berjalan dengan lancar dan berkah. Pengajiannya sama seperti
biasanya, yang beda adalah lagamnya (iramanya).
Pengajian dan shalawat menggunakan lagam
Jawa. Sebagai pendatang, mungkin ini sesuatu yang baru. (Ketawa-ketawa sendiri sih pas dengerinnya,
bukan ga respect tapi its something new for me..hehehheeh). Setelah
pengajian, para tamu undangan dihindangkan makanan yang udah dipersiapkan dari
tadi, nah dalam hal hidangan kali ini adatnya hampir sama kayak adat orang Gayo
di Aceh. Yaitu nasi berserta lauknya sudah disiapkan langsung dalam piring (Jadi ya tinggal makan aja, ga pake idang
atau tapeusi segala hehe).
Hidangan Siap dihidangkan
Setelah makan, para
tamu juga diberikan bekal- nasi berkat namanya,
yaitu bekal makanan yang berisi nasi, lauk, ikan, telor dan kerupuk untuk
dibawa pulang ke rumah. Kali ini, sebagai tamu aku juga dapat loh nasi berkat ini. Asiiikkkk,....semoga berkah dan dapat jodoh #eh
Isi Nasi Berkat
Hari Pernikahan.
Hari yang dinanti
telah tiba. Semua persiapan telah matang. Semua orang bersuka cita dan siap
dengan dandanan dan pakaian terbaiknya. Mempelai Pria diiringi keluarga
memasuki kediaman. Kedua orang tua pengantin putri menjemput kedua orang tua
pengantin pria didepan rumah dan mempersilahkan
mereka masuk rumah, selanjutnya mereka berjalan bersama menuju pelaminan. Kedua orang tua
pengantin pria didudukkan sebelah kiri pengantin, orang tua pengantin putri
duduk disebelah kanan penganten.
Bersama-sama melangkah
Setelah itu, Sepasang
pengantin melakukan sungkeman kepada
kedua belah pihak orang tua. Mula-mula kepada orang tua pengantin wanita
kemudian kepada orang tua pengantin pria. Sungkem adalah merupakan bentuk
penghormatan tulus kepada orang tua. Seperti biasa, acara sungkeman penuh haru
biru dan tangisan air mata (tissue mana
tissue..)
Dengan disaksikan
orang tua pengantin putri dan kerabat dekat, sepasang pengantin makan bersama,
saling menyuapi. Suami menyuapi istrinya, sesudah itu sang istri menyuapi
suaminya, diakhiri dengan minum teh manis bersama. Ini melambangkan bahwa mulai
saat ini keduanya akan mempergunakan dan menikmati bersama apa yang mereka punyai.
Sesudah seluruh
rangkaian upacara adat selesai, barulah kedua temanten baru, dengan diapit kedua belah pihak orang tua, menerima
ucapan selamat dari para tamu dan melakukan prosesi foto dan selfie-selfie.
Selamat Menempuh Hidup Baru Om Didit dan Tante Tiar
Hal Menarik Di Mantenan Wong
Jowo.
1. Sinoman. Sinoman adalah para panitia
yang menghandle acara mulai dari
penerimaan tamu, konsumsi, peralatan dan cuci piring hingga kebersihan. Tuan
tumah hanya duduk saja dan menikmati pesta. Setiap kampung biasanya memiliki
sinoman tersendiri yang terdiri dari warga setempat. Menurutku, ini satu hal
menarik melihat kekompakan dan gotong royong yang masih kental di daerah gunung lawu Ini.
2. Makanan
yang disedikan, kira-kira ada 3 ronde makan
di kawinan orang Jawa. Pertama, para tamu diberikan snackbox ketika tiba di tempat acara. Kedua, makanan inti, yaitu
nasi Rawon yang disedikan oleh Sinoman yang bertugas. Ketiga, makanan penutup,
yaitu berupa baso asli Jawa Timur dan es buah. Mantap kan??? Perbaikan gizi banget ini...hahahahahha
3. Pakaian
Tamu Undangan. Sepanjang hari hanya keserhanaan yang aku lihat. Tidak adanya
pakaian mewah atau perhiasan yang mereka gunakan. Hanya baju muslim bagi
ibu-ibu, dan baju koko serta peci digunakan bapak-bapak. Simple banget
4. Gamelan. Seni tradisional ini dimainkan oleh
orang yang sudah beumur. Meski sudah tua namun kelihaian memainkan Gamelan tak
bisa diragukan lagi. Walau dari awal hingga akhir ga ngerti lagu yang
dinyanyikan. Yang pasti, Salut sama mbah-mbah
ini.
5. Sesi penerimaan tamu. Jika pada
umumnya tamu undangan datang sekitar jam 10.00-14.00 WIB, kali ini aku melihat
ada 3 season tamu yang datang. Pagi hingga dhuhur tamu yang datang itu warga
sekitar. Pukul 15.00 – 18.00 undangan saudara jauh dan masyarakat desa sebelah.
Terakhir, habis magrib sampai jam 21,00 itu tamu undangan mulai dari rekan
kerja, kenalan dan teman-teman dekat mantenan. Mungkin dibagi kayak gitu, biar
ga membludak tamu yang datang secara bersamaan.
Tamu PAgi HAri
Tamu Malam Hari...
Hal, menarik lainnya
disana adalah Kulinernya. Mulai dari Nasi Rawon, bakso, bubur sumsum, soto Madiun
dan nasi pecelnya. Daerah ini memang identik dengan nasi pecelnya. Akhirnya,
menyantap nasi pecel itu sehari setelah acara. Nasi putih yang dipadukan dengan
pecel dan tempe, sangat memanjakan lidah dan mengenyangkan. Harganya Cuma 3rebuuu,
tiga rebuu doang men! Sangat ekonomis.
Nasi Pecel yang fenomenal itu....sedapnyaa!
Masih banyak hal
lainnya yang unik di Magetan. Kulinernya, budayanya dan bahasanya. Ada beberapa
vocab bahasa Jawa yang aku kuasai: menghitung
dari 1-10, lali aku, owalaaah, sopo
jenengmu, Aku Tresno Karo kowe dan Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
(eaaaa...yang terakhir jangan baper ya..)
Setiap berkunjung ke
daerah baru, selalu ada pelajaran yang dipelajari dari kearifan lokalnya. Terimakasih
Magetan untuk segala yang unik. Orangnya yang pantang menyerah, budayanya yang masih
sangat kental, dan sikap gotong royong yang membanggakan. Sampai ketemu di lain
waktu...Pokoke aku tresno deh..muaacchhh!
Roel Alghazel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar