Ini, kedua kalinya aku
berkunjung ke Garut. Setelah semester lalu mengikuti OCT(Baca disini --->>> (Garut Part 1) Garut part 2), kali ini aku sengaja
kembali (tsaahhh...bahasanya) untuk menghadiri pernikahan salah satu teman yang
paling gokil, paling nekat, paling cerewet, kadang jadi umi, kadang jadi anak
kecil, ga bisa diem, ga bisa diatur, sariweuh riweuh lah. Eh tau-taunya dia
duluan yang nikah. Ya begitulah jodoh ya, tak tau kapan datang dan tak tau
siapa duluan. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah menikah itu bukan soalan
siapa cepat (kan ini bukan lomba lari..hehehehe), tapi soalan mendapatkan orang
yang tepat pada saat yang tepat pula.....eaaaaa
Oke kembali ke
topik...
Kali ini, ada beberapa
hal yang bikin jatuh cinta (lagi) sama Garut. Kalau pertama kali ke Garut lebih
mengenal pendidikannya, kali ini lebih mengenal budaya, tempat wisata dan pastinya
bahasa Sunda. Selama di Garut, ga tau kenapa pengen aja ngomong bahasa Sunda. Dan
hasilnya.... Abdi salaku urang Aceh, atos
lancar nyarios bahasa Sunda. Huahahahaha (ketawa Bangga..) --->>> ngan
saukur sakitu..hihi
1. Ikan bakar di rumah Bu Ani
Kita (Aku bersama 7
rekan lainnya) berangkat ke Garut sehari sebelum hari H, awalnya sih pengennya
kesana duluan karena pengen menjelajah Garut, tapi apalah daya yang namanya
anak muda, sore hari masih aja berkeliaran di
Gerlong-KPAD-Alfurqan-Gerlong-KPAD (terus aja sampe negera api menyerang dan
teh vani ketiduran...hahahaha). Akhirnya kita sampai di Garut Pas saat Azan
Magrib berkumandang. Tujuan pertama adalah silaturahmi ke rumah ibu Ani, salah
satu rekan kita di Pasca Sarjana yang memang asli orang Garut. Dirumah beliau
kita dijamu makan, ikan bakar dan ikan bumbu pedas pas sekali mengganjal perut
yang sudah kerencongan sedari tadi. Satu lagi, Kue Pie coklat yang disuguhkan
bu Ani asli enaakkk banget gaesss (Rasa-rasanya pengen melahap habis itu pie,
tapi kan malu..hahahahha). Suasana semakin hangat sambil ngobrol cantik ditengah suasana hujan sedang
senangnya-senang turun menyapa bumi. Walau sedikit malu-malu dan bilang “aduhhh..Bu Ani ga usah repot-repot”, tapi
dorokdok, pie, pisang sale, peyek kacang bahkan tomat sekalipun dilahap habis.
Yang namanya rezeki kan ga boleh nolak. Rezeki kita anak rantau, berasa
perbaikan gizi.hahahahahhaha
Hatur nuhun pisan Bu Ani. We laf yuu...
Ikan bakarnya mantaapppp!
2. Walimahan Beo
Beo, iya Beo, tapi itu
bukan nikahan burung ya. Beo itu nama teman kita, iya nama sebenarnya sih Imas
Cucu Latipah (namanya bagus tapi dipanggil Beo) yang konon katanya kalau di
Sunda itu keturunan Nyimas alias darah biru. Ga tau kenapa, ini makhluk suka
dipanggil Beo ya mungkin karena dulu cerewet kaya beo kali ya. Jadilah, kita memanggilnya
Beo. Dan memang dia suka dipanggil Beo.
Lucunya, karena
kebiasaan manggil Beo, pas sampe dirumah Beo, Anandha dengan pedenya manggil “Teh Beo..teh Beo” Umi nya (ibunya Beo)
bingung sekaligus heran ”Beo..Beo..”. Oopss,
Aku lupa briefing kalau lagi dirumah
Beo, tolong jangan panggil Beo, tapi panggil Imas. Karena di keluarganya ga tau
tuh yang namanya Beo. Beo hanya nama dikalangan teman-teman dekatnya saja.
Owalah..kacau kacau. hahahaha
Sebagai teman yang
baik, kita diminta jadi pager ayu alias bridemates
alias pendamping pengantin. Kalau kata Anandha sih: “Jadi pager ayu dulu lah, habis itu baru dipagerin”, (“dipagerin apa
Nda?” “Pager beton...hahahaha”).
Walimahan Beo sangat
kental dengan adat Sundanya, Aku yang bukan orang Sunda cukup excited melihat langsung pernikahan ala negeri Parahyangan ini. Mulai dari penyambutan
calon pengantin Pria dengan adat mapag;
yaitu mengalungkan untaian bunga melati oleh pihak perempuan, penyerahan calon
pengantin Pria yang penuh haru, Akad Nikah, dilanjutkan dengan sungkeman, pabetot bakakak dan saweran.
Dari serangaikan adat
itu, yang paling bikin terbelalak itu ya pabetot
bakakak dan saweran. Soalnya seumur
hidup belum pernah liat nginian, rebutan dan rame-ramenya ituloh bikin
geleng-geleng kepala.
Mau tau apa itu pabetot bakakak dan saweran??? Ini dia penjelasannya; Pabetot Bakakak (Menarik Ayam
Bakar). Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka
memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja, kemudian MC memberi aba-aba,
kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam
tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan
pasangannya dengan cara digigit bersama. Melambangkan bahwa berapapun rejeki
yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama. Kali ini Bang Rio yang
dapat lebih besar...semoga rezekinya lancar yah!
Saweran berasal dari kata panyaweran. Pihak
keluarga pengantin membagikan berupa uang, permen dan beras dengan cara
melemparkannya kepada para tamu undangan dan masyarakat yang datang. Sebenarnya
saweran itu punya filosofi
tersendiri; beras mengandung simbol kemakmuran. Maksudnya mudah-mudah setelah
berumah tangga pengantin bisa hidup makmur. Uang recehan mengandung simbol
kemakmuran maksudnya apabila kita mendapatkan kemakmuran kita harus ikhlas
berbagi dengan Fakir dan yatim. Permen artinya mudah-mudah dalam melaksanakan
rumah tangga mendapatkan manisnya hidup berumah tangga.
Bayangin, semua orang
pada rebutan saweran mulai dari anak kecil sampai orang tua
sekalipun.ckckckckck...Pantesan dari tadi rame banget anak SD yang nungguin
disitu, rupanya nungguin saweran toh!
Semoga, Pasangan ini
diberkahi dan dilimpahin kebahagian dalam hidupnya. Barakallah Beo dan Om Oyo.
3. Sumber Alam
Habis dari Nikahan Beo,
kita coba deh explore Garut. Awalnya
sih pengen ke Kawah Darajat, Cuma sepertinya macet banget. Pun juga pengen ke
Pantai Sontoloyo, (eh salah) maksudnya itu Pantai Santolo yang konon katanya
sih dari tepi pantai kita bisa melihat Benua Australia langsung (katanya
sih...). Karena semua jangkauannya agak susah, akhirnya pilihan berlabuh ke
Cipanas. Cipanas adalah salah satu lokasi wisata di Garut. Disana banyak banget
wisata air panas dan sepanjang jalan dipenuhi cotage/penginapan.
Sesuai recomendasi Bu
Ani akhirnya kita ke Sumber Alam, salah satu kolam air panas yang ada di
Cipanas. Cuma perlu 40rb/orang untuk bisa masuk dan berendam sepuasnya disana. Sejenak
melenturkan badan dan menikmati alam Garut.
Iconic Sumber Alam^^
Work make full your wallet, but holiday make full you soul.
4. Pasar Ceplak
Pasar Ceplak adalah
salah satu pusat wisata kuliner paling ngehits di Garut. Tak lengkap jika belum
datang ke pusatnya kuliner dan jajanan Di Garut ini. Kata Mas Alfi sih pasar
ini sudah ada sejak tahun 70-an (dari
sejak Pak Nanrus dan Bu Anne masih pacaran). Nama “ceplak” diambil dari
bahasa Sunda “nyeplak” yang berarti
makan sambil mulut terbuka dan bersuara. Mulai dari situlah nama “ceplak”
digunakan. Katanya sih ga pernah sepi
pengunjung. Banyak sekali makanan dan jajanan yang dapat dipilih sesuai selera.
Pedagang ayam goreng, baso, gulai kambing, sate, martabak manis, kue tambang,
hingga soto berjejer menghiasi jalan sepanjang 300 meter ini.
Sepanjang jalan makanan semua
Malam itu, sebagian
kita nyantap ayam bakar, gulai kambing, dan ayam Goreng. Tak lupa mas Alfi
beliin kue Apug dan nyobain baso yang katanya ngehits banget dari tahun 70-an. Dan
beeuuhhhh....baksonya enak banget. Asli....ga boong, beneran enak.
Selain makanannya yg
banyak, disana juga banyak banget pengamen. Setengah jam nongkrong disitu lebih
10 pengamen yang menghampiri (jodoh yang
dinanti tak kunjung kemari, ini malah pengamen yg datang menghampiri...haduuhhh
gubrak).
Perut kenyang, saatnya
pulang. Eitss...sebelum pulang Syifa beliin Kue Putu. Dan sekali lagi
beuuhhh.... Gila.... Putunya enak banget. Asli. Beneran. Edan enak banget (lebay ya...okeh okeh maaf). Beneran
putunya enak banget dan manis, semanis kamu! Iya kamu.
Oleh-oleh sudah
ditangan, perutpun kenyang. Saatnya kembali ke Bandung. Lagu nostalgia dari Thomson Fm pas banget nemenin malam minggu
kita dengan sedikit gerimis. Lengkap sudah perjalanan di Garut. Mobilpun
melaju. Saatnya pulang, karena esensi
dari sebuah perjalanan bukanlah pergi, tapi pulang.
5. Cinta.....
Satu hal yang pasti,
Garut selalu mempesona dengan alamnya yang indah, budayanya yang meriah dan
orangnya yang ramah. Terima kasih Garut dan orang-orangnya yang bikin jatuh
cinta (lagi). Semakin cinta dengan perbedaan yang menyatukan. Semakin cinta
dengan kebersamaan yang membahagiakan, semakin cinta dengan alamnya yang apik. Semakin
cinta dengan keanekaragaman Indonesia.
Thanks God, Im
Thankful Today!
Best Regard
Roel Alghazel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar