Kabupaten Bireuen adalah salah satu kabupaten
yang ada di Provinsi Aceh. Wilayah ini merupakan pemekaran dari kabupaten Aceh
Utara pada tanggal 12 Oktober 1999. Kabupaten ini banyak menyimpan legenda dan
sejarah yang unik. Pada tahun 1948, Bireuen pernah menjadi ibukota ketiga
Negara Repbulik Indonesia. Selain itu masih banyak kisah dan situs sejarah yang
telah ditemukan dan dilestasrikan oleh pemerintah setempat, seperti Meuligoe
Bupati, Makam ulama dan Bunker.
Bunker adalah bangunan peninggalan Jepang
yang dibangun ketika Perang Dunia II ketika tentara Jepang mendarat di Aceh
pada tahun 1942-1945. Bangunan ini lebih mirip gua bawah tanah yang mempunyai
arsitektur beton. Jepang memang terkenal dengan kemahirannya membangun
pertahanan. Hampir di setiap tempat yang pernah disinggahi dibangun benteng,
bahkan lubang di bawah tanah. Orang Aceh menyebut bunker dengan sebutan “Keuroek-roek” (sejenis serangga) yang
suka masuk dan berlindung di lubang-lubang kecil dalam tanah. Serupa dengan
tentara Jepang yang menjadikan bunker sebagai pelindung dari serangan musuh.
Di Bireuen, salah satu bunker peninggalan
Jepang baru-baru ini ditemukan di Cot Batee Geuleungku, Kecamatan Simpang
Mamplam, Bireuen. Berjarak 30 km ke arah barat dari pusat kota Bireuen.Letaknya
di lahan luas di atas perbukitan yang masih sedikit penduduknya. Bangunan ini
berada di dalam tanah, untuk memasukinya kita harus melewati 17 anak tangga dan
melewati pintu masuk berukuran 1x1,5 meter yang hanya bisa dilewati oleh satu
orang saja. Kedalamannya mencapai 5 meter, di dalamnya terdapat lorong panjang
yang kondisinya sangat gelap tanpa ada lampu penerang. Namun, sesampai di dalam
sana kita bisa menemukan lubang cahaya yang sepertinya sengaja dibuat sebagai
titik utama menuju jalan lain. Lorong dalam bunker ini tembus ke pinggiran
pantai Teupin Jalo, Simpang Mamplam.
Penemuan bunker di wilayah Cot Batee Geuleungku
17 anak tangga menuju pintu masuk bunker
Lokasi di sekitar bunker
Konon, bunker ini berawal pada masa
penjajahan Jepang saat Romusa (kerja paksa pribumi) ditrapkan. Bedasarkan
cerita orang terdahulu, Jepang sengaja mendatangkan orang-orang dari luar Aceh
(sebagian menyebut asal Jawa) untuk membangun bunker tersebut. Itu membuktikan
bahwa Jepang tidak bisa sepenuhnya menaklukkan orang Aceh.
Namun, saat ini bunker masih tampak kumuh dan
belum bisa dikunjungi, karena di dalamnya masih berisi lumpur tebal, sampah dan
air tergenang, Tempatnya juga masih sulit dijangkau oleh masyarakat luas.
Terkait hal ini, pemerintah Kabupaten Bireuen dan masyarakat setempat sangat
antusias untuk membersihkan dan melestarikan tempat bersejarah itu. Pasalnya,
ini merupakan asset daerah dan memiliki nilai sejarah tentang keberadaan Jepang
di Bireuen.
Situs sejarah seperti ini sangat penting
untuk dilestarikan, sebagai asset bagi generasi penerus bangsa sebagai sumber
ilmu pengetahun, sejarah dan menjadi objek wisata yang ujung-ujung akan
menguntungkan masyarakat sekitar. Sangking pentingnya, salah seorang sastrawan
sekaligus jurnalis asal Inggris, George Orwell menyebutkan bahwa sejarah sangat
penting bagi suatu bangsa. Sebab, menurutnya untuk menghancurkan suatu generasi
cukup dengan mengingkari dan menghapus pemahaman mereka tentang sejarah mereka
sendiri.
Ada baiknya jika pemerintah Bireuen mengambil
contoh dari negeri seberang, Malaysia. Di Malaysia, tepatnya di Pulau Pinang
dan Melaka hingga saat ini pemerintah setempat masih merawat bangunan tua
peninggalan Inggris. Sehingga, pulai ini menjadi salah satu World Heritage kota warisan sejarah
dunia dan hamper tak pernah sepi pengunjung, baik turis local maupun
mancanegara.
Bisa dibayangkan jika semua situs sejarah
seperti bunker dilestarikan, generasi selanjutnya akan lebih mengerti tentang
sejarah, menghargai perjuang pahlawan, dan bangga bisa mengunjungi tempat
bersejarah tersebut. Para pengunjung bisa memasuki bunker dengan melihat isi
ruang bawah tanah itu serta bisa merasakan kedinginan berada disana dan
merasakan betapa kejamnya penjajahan Jepang terhadap Indonesia.
Pemerintah Bireuen harus serius dan focus dalam
melestarikan semua situs sejarah yang dimilikinya. Tentunya dengan dukungan
penuh dari masyarakat dan semua pihak yang memiliki wewenang. Sehingga, kelak
dala program Visit Bireuen Year 2018, Kabupaten
Bireuen bisa menyedot wisatawan local dan mancanegara untuk berkunjung ke
Bireuen. Khususnya wisatawan asal Jepang yang dikenal gemar mengunjungi lokasi
warisan pendahulunya yang tersebar di berbagai belahan bumi. Dan Kabupaten
Bireuen bisa dikenal luas sebagai kabupaten yang memiliki seitus sejarah dan
ceritanya yang mendunia. Semoga!
Kota Bireuen
Sumber
Foto:
www. djempa.blogspot.com
www.aulia87.wordpress.com
www.arcieve.kaskus.co.id
2 komentar:
Penemuan situs sejarah yang harus dirawat ya Nurul... Tulisannya informatif, good luck! ^^
Saleum
Iya...seperti Jambi, Jawa Barat dan daerah lain di Indonesia yang telah menjadikan bunker sebagai tempat wisata. Makasih Kak sudah berkunjung..:)
Posting Komentar