Allahu akbar...Allahu akbar Allahu
Akbar. Laa ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahilhamd.
Selepas magrib, takbir mengema dimana-mana. Semesta bertasbih
mengagungkan nama Allah. Begitu bergetar hati ini tatkala mendengarkannya dan
tak sadar di takbir ketiga air mata ini menetes, deras sekali...Ya Rabbi
beginikah rasanya berlebaran jauh dari orang tua..huhu Malam Takbiran saya
habiskan bersama anak-anak jalanan di sebuah Panti Sosial di kawasan Keutapang.(takbiran
semalam begitu mengharu biru) :(
Pagi tadi kami melaksanakan shalat idul adha di lapangan TVRI Banda
Aceh bersama ribuan warga lainnya. Tangis pun memuncah kala saya menghubungi
orang tua untuk meminta maaf. Ya..walaupun hanya via telpon tapi cukup membuat
ibu saya terisak dalam di seberang sana. Untuk pertama kalinya saya merayakan
lebaran di perantauan yang jauh dari
orang tua dan keluarga besar. Itu semua bukan kesengajaan, tetapi karena
tuntutan profesi yang mengharuskan saya melewati moment lebaran bersama
anak-anak jalanan di panti sosial. Sedih sudah pasti saya rasakan, apalagi
ditambah dengan tidak adanya suasana takbiran bersama ayah selepas isya dan
berada di tengah-tengah keluarga. (tidak ada sungkeman dengan Abi Ummi, tidak
ada kue lebaran, tidak ada sop daging tidak ada opor ayam). Bagi seorang
perantauan seperti saya, moment lebaran memanglah begitu berharga karena saya
hanya bisa pulang ketika lebaran tiba.
Namun, di balik itu semua saya tidak ingin larut dalam kesedihan
dan kerinduan. Sebab saya menyadari satu hal. Sedari semalam saya menghabiskan
waktu bersama anak-anak panti yang notabene jauh dari orang tua dan kehidupan
bahagia. Semalam saya melihat bahwa, seberapapun keras hidup, hati mereka dan
kebencian terhadap orang tuanya. Kerinduan akan ibu ayah juga dirasakan oleh
anak-anak ini, saya melihat mereka menagis terisak-isak ketika takbiran
berlangsung. (apa mereka merindukan ibu bapaknya???wallahu a’lam) tapi melihat
mereka menangis, hati saya begitu tersentuh. Oh tuhan, anak ini menangis!!!