Ini kisah perjalanan 3 tahun silam saat
saya menuntaskan tugas negara (Kuliah Pengabdian Masyarakat- KPM IAIN Ar-Raniry),
sebenarnya sudah ditulis jauh-jauh hari namun “tersembunyi” dalam tumpukan
tulisan yang lain. Akhirnya saya menemukannya kembali. Dengan sedikit revisi siap
berbagi cerita dengan kalian semua. Here we go...
Bener Meriah adalah salah
satu destinasi wisata di Provinsi Aceh. Merupakan
kabupaten baru pecahan dari Kabupaten Aceh Tengah. Terletak di pedalaman Aceh sekitar
6 jam perjalanan darat dari pusat Banda Aceh. Terkenal dengan wilayah “puncaknya”
Aceh, karena cuacanya yang cukup dingin sehingga pelancong yang datang kesana
harus menggunakan jaket yang tebal. Selain itu Bener Meriah adalah salah satu
wilayah penghasil kopi terbaik di Indonesia, walaupun belum banyak yang tau
tapi komitmen pemerintah dan masyrakat terus dikembangkan ke arah kemajuan
Bener Meriah.
Saat pertama menginjakkan kaki di
Bener Meriah, udara
dingin langsung menusuk tulang. Jika berbicara, asap keluar dari mulut. Waktu itu, saya
dan teman-teman kampus tiba di sana sekitar pukul 05.00 pagi. Tepat di kawasan Simpang Balik kami melaksanakan
shalat subuh berjamaah di salah satu mesjid. Sementara tubuh kami gemetar hebat
setelah dibasuh dengan air wudhu.
Usai shalat kami
memutuskan untuk kembali ke mobil yang parkir di depan penjual buah. Namun
belum sampai di sana, perhatian beralih kepada barisan orang yang menuju ke sebuah tempat. Handuk
bersandang di bahu mereka, sementara tangan kanan mereka memegang timba berisi
peralatan mandi. Mandi jam segini? Dengan udara sedingin ini? Kami hampir tidak
percaya sebelum menemui gapura bertuliskan ’Pemandian
Air Panas Wih Pesam’. Hal unik pertama yang saya temukan di sana adalah
kebiasaan mandi sebelum jam 6 pagi.